Pamit.
![]() |
Bali, 2016 |
Untuk kesekian kalinya andung dan atok (sebutan untuk nenek dan kakek dari ayahku) harus menyaksikan anak laki-lakinya berpamitan. Kali ini tujuannya sangat jauh, butuh waktu lama untuk bisa bertemu kembali.
Ayah genggam erat tangan atok yang hanya bisa terbaring lemah. Perlahan air mata jatuh, menyaksikan ayah yang menangis sambil perlahan berpamitan kepada ayahnya.
"Atok, kami pulang, ya." ucapku tatkala kami harus pulang ke Medan di pagi hari. "Iya, atok izinkan kalian pulang, atok juga sudah izinkan ayahmu (merantau jauh.)" Tidak sangka atok yang dalam kondisi tidak lagi sehat, juga sulit untuk membuka mata masih mengerti kondisi bahwa anaknya akan pergi jauh. Mahal sekali ridho orang tua itu.
Terakhir, ayah berpamitan kepada andung, ayah peluk erat ibunya. Keduanya menangis, berharap kelak bisa bertemu kembali dalam keadaan sehat.
Pelukan pagi itu terasa hangat, hangat sekali.
Comments
Post a Comment